Nama Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dianggap win-win solution bagi koalisi perubahan.
Pengamat politik Dedi Kurnia Syah menilai, AHY masih menjadi cawapres potensial untuk mendampingi Anies dibandingkan kader PKS.
“Hal ini karena dari tren keterpilihan AHY juga Demokrat cenderung meningkat, sementara PKS stagnan bahkan tidak miliki tokoh yang potensial,” kata Dedi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (23/3/2023).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) tersebut menilai, perlu ada kesepakatan bersama ketiga partai jika AHY mendampingi Anies demi soliditas koalisi. Jika Koalisi Perubahan sepakat, sambung dia, koalisi lawan sangat mungkin akan mencari tokoh yang dianggap mampu kalahkan pasangan Anies-AHY.
Namun demikian, kata Dedy, demi menjaga soliditas kerja koalisi perubahan maka perlu menghindari ego partai. Karena itu, Dedi menilai, akan bagus jika tawaran tokoh di luar partai, sehingga ada prinsip sama rata dari ketiga partai koalisi perubahan.
“Sehingga ada nuansa sama rata bahkan hingga Nasdem yang sama-sama tidak usung kader sendiri, tokoh itu diperlukan untuk pembeda dengan rival, semakin tokoh baru dengan modal popularitas, akan semakin baik,” ujar Dedi.
Sementara, nama Sandiaga Uno, menurut Dedi, mantan cawapres pendamping Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 akan sulit maju pada Pilpres 2024. Hal itu karena Sandiaga telah kehilangan jalan kontestasi.
“Jika membaca hasil survei IPO, ada kesan kehilangan jalan kontestasi, cukup sulit bagi Sandiaga untuk kembali mendampingi siapapun di Pilpres, kecuali ada kejutan koalisi baru misalnya PPP berhasil yakinkan PDIP untuk bangun koalisi, lalu usung Puan-Sandiaga, atau Ganjar-Sandiaga,” ujar Dedi.